Kamis, 17 September 2015

SELF/LESS [2015]


Setelah karya terbaiknya yang rilis sekitar 9 tahun yang lalu, “The Fall” (2006), Tarsem Singh tampaknya masih belum kembali memaksimalkan potensi lewat kekreatifitasan yang ia miliki. Dua film setelahnya itupun juga gagal untuk menarik hati meskipun bila dikatakan ‘buruk’ juga tidaklah tepat. Namun setidaknya ia masihlah menghadirkan film dengan kelebihan di bagian aspek visual yang begitu indah meski lemah di substansi cerita. Lantas bagaimana dengan film terbarunya ini ?. Dengan mengusung tema sci-fi thriller ditambah konsep cerita yang lumayan bagus, sangat diharapkan bila karya terbarunya ini dapatlah memikat bagi mereka yang kini sudah rindu akan Tarsem Singh yang dulu.

“Self/Less” bercerita mengenai seorang pebisnis kaya bernama Damian Hale (Ben Kingsley) yang divonis terkena terminal cancer hingga menunggu hari-hari terakhirnya. Kemudian tawaran datang dari Prof. Albright (Matthew Goode) berupa prosedur medis yang disebut shedding untuk memindahkannya dari tubuh lamanya ke dalam tubuh baru (Ryan Reynolds). Lalu muncullah halusinasi yang dikatakan sebagai efek samping dari perpindahan tubuh tersebut. Mengetahui bahwa hal itu bukanlah halusinasi biasa, Damian lantas mencari tahu kebenaran di balik tubuh barunya itu.

Saya tidak pernah ada masalah sebelumnya lewat pemilihan judulnya sampai kemudian saya menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia dan itu terdengar sangat konyol sekali. Oke, sampai di sini saja untuk masalah judul yang saya anggap tidak terlalu penting. Kembali ke topik utama, “Self/Less” bisa dikatakan tidak sampai mengejutkan saya bila mendengar konsep dasar dari ceritanya. Pemilihan feature lewat transplantasi tubuh semacam ini jelas sekali bukan barang baru dalam film. Coba lihat saja “Avatar” (2009) yang juga memasukkan konsep tersebut atau mungkin yang paling baru adalah pada karakter “Vision” dalam “Age of Ultron” (2015). Rupanya tidak ingin berhenti di situ saja, Tarsem Singh coba menyelipkan misteri lewat tubuh baru tempat perpindahan jiwa dari Damian Hale. Tubuh baru itu tidak lain merupakan jembatan penghubung yang nantinya akan menggali sisi terdalam dari seorang Damian Hale termasuk hubungannya yang ‘dingin’ dengan anak tunggalnya, Claire (Michelle Dockery).

Pada bagian petualangan Damian lewat pencarian misteri tubuh barunya itu sudah saya sadari akan ke mana bermuaranya. Tapi tetap membuat saya merasa anteng untuk mengikutinya demi menanti konflik apa yang akan disuguhkan berikutnya. Dan jelas saja, petualangan itu juga turut membantu mengubah karakter Damian sedikit demi sedikit untuk memperbaiki kesalahan di masa lalunya. Namun sangat disayangkan, karakter Damian lewat tubuh lamanya kuranglah tergali dengan baik sehingga terasa ‘kosong’ untuk mengkomparasikan lewat transformasinya itu. Untung saja konflik yang disajikan dari naskah yang ditulis oleh David dan Àlex Pastor, saya akui cukuplah menarik meskipun bisa dibilang tidaklah spesial. Naskahnya memang cenderung mudah untuk ditebak, tapi tidak sampai memperburuk keseluruhan film. “Self/Less” secara total tidak banyak memberikan suguhan visual yang menarik bila mengingat ini adalah film milik Tarsem Singh. Tapi saya cukup mengapresiasi lewat editing cepatnya yang dapat mewakili karakter sentral di sini.

Ada hal lagi yang sebenarnya cukup membuat saya gerah di sini. Yaitu performa standard dari Ryan Reynolds yang sangat kurang ‘masuk’ dalam karakter yang ia lakoni. Ben Kingsley memanglah tidak total di sini, tapi kemunculannya yang tidak sampai 30 menit masihlah lebih bagus. Perubahan karakterisasi Damian versi Reynolds terlihat terlalu cepat dan lebih ‘agresif’ bila saya mencoba untuk membandingkan versi yang lebih tua (Kingsley). Semua itu tidak lain adalah hasil dari kurangnya Ryan Reynolds dalam menjiwai perannya. Imbasnya pun jatuh pada beberapa hole yang cukup sering mampir pada karakternya. Selain kurangnya performa dari beberapa cast, hal lain yang sedikit ‘mengganggu’ adalah tidak maksimalnya genre yang dibawa. Jika memang sedari awal Tarsem Singh mengusung sci-fi di sini, harusnya ia lebih meningkatkan di sektor tersebut. Unsur sci-fi nya terasa hambar sekali bagi saya. Sebagai contoh adalah proses perpindahan jiwa Damian terlihat instant dan kurang real, pun begitu dengan alat yang digunakan juga terlihat begitu ‘murahan’.

Maksud hati menambahkan sekuen aksi untuk meningkatkan keseruan, namun yang ada adalah ‘nanggung’ dalam presentasinya. Aksi tembak-tembakan hingga car chase-nya tidak sampai mengundang decak kagum apalagi sampai meningkatkan adrenalin. Amat sangat disayangkan sekali bila konsep yang lumayan menarik dan terlihat kekinian ini justru lemah dalam pengemasan. Tarsem Singh pun turut pula membuang potensi dari konflik yang dialami karakter sentralnya padahal di dalamnya ada sisi dramatis yang bisa ditarik keluar. Sebetulnya ia sendiri pun sudah menanamkan ‘hati’ untuk beberapa karakternya hanya saja ia tidak mampu memanfaatkannya dengan baik. Dan kemudian “Self/Less” pun berakhir sebagai tontonan medioker yang feel less. Dua film sebelumnya memang tidak sampai pada tingkatan memukau, tapi cukuplah sebagai hiburan yang menyenangkan dan menghibur. Namun saya katakan “tidak” untuk film yang terbaru ini. Mengecewakan ?. Tentu saja.

5 / 10

1 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !